Kamis, 09 Juli 2015

LAPORAN STUDI LAPANGAN ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

LAPORAN STUDI LAPANGAN

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA



“ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA”





. Pengertian Rumah Tradisional Jawa

Rumah merupakan objek studi yang sangat penting untuk memahami arsitektur vernakular di suatu tempat. Lebih dari sekadar bangunan, rumah merepresentasikan siapa dan apa yang dilingkupinya. Di dalam arsitektur sebuah rumah terangkum aspek-aspek yang terlihat maupun tak terlihat, kerangka waktu dalam pada mana ia ada, serta kekuatan sosial budaya yang melatarbelakanginya. Selain itu, rumah mencerminkan gagasan perancangan yang secara disadari ataupun tidak dipahami oleh pemilik rumah dan perancangnya. Rumah tradisional memiliki makna dan posisi lebih dibandingkan rumah-rumah vernakular pada umumnya.

Arsitektur tradisional merupakan bentukan arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mempelajari bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat yang lebih dari sekadar tradisi membangun secara fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi konsesi dalam hidup bersama. Untuk memahaminya, perlu dibahas orientasi umum masyarakat tradisional terlebih dahulu, sehingga dapat menampilkan gambaran keterkaitan antara morfologi bangunan tradisional dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Rumah Tradisional Jawa merupakan manifestasi dari kesatuan makrokosmos dan mikrokosmos sertanpandangan hidup masyarakat Jawa. Pembagian ruangan pada bangunan Jawa didasarkan atas klasifikasi simbolik yang diantaranya berdasarkan dua dua kategori yang berlawanan atau saling melengkapi yang oleh Tjahjono (1990) disebut sebagai dualitas (duality). Selain itu ada pemusatan (centralitas) dalam tata ruang bangunan.

Rumah Jawa yang ideal paling tidak terdiri dari dua atau tiga unit bangunan, yakni pendopo (ruang untuk pertemuan), pringgitan (ruang untuk pertunjukan) dan dalem (ruang inti keluarga). Dalem dibedakan menjadi bagian luar yang disebut dengan emperan serta bagian dalam yang tertutup dinding. Bagian dalam terdiri dari dua bagian (depan dan belakang) atau tiga bagian (depan, tengah dan belakang). Bagian belakang terdiri atas sentong kiwo, sentong tengen serta sentong tengah. Orientasi bangunan adalah arah selatan.

GAMBARAN OBYEK PENGAMATAN

3.1 LOKASI

Rumah joglo ini terletak di daerah Balemong resort Jl.Pattimura no. 1-B Sisemut, Ungaran – Central Java (50511). Joglo Kudus ini di pindahkan dari daerah Kudus yang ditemukan oleh pihak Balemong resort yang terletak 100 meter dari menara Kudus yang terkenal. Berusia sekitar 164 tahun. Kini difungsikan sebagai family suite room.

3.1 SEJARAH PENDIRIAN RUMAH

Rumah ini mulai dibangun pada tahun 2005 di Balemong resort dan tidak ada perubahan pada bagian ornamen,tata ruang,genting serta lantai. Semua masih dalam kondisi asli dari Kudus. Pintu utamanya berupa pintu geser yang bahkan sudah dari jaman dahulu memiliki fungsi yang sesuai dengan tamu yang akan datang berkunjung. Jika penghuni tidak begitu mengenal tamunya, maka yang akan dibuka adalah pintu geser yang posisinya di bagian paling luar. Pintu geser yang berada di balik pintu geser tadi khusus untuk keluarga. Sedangkan dua daun pintu besar ditengah-tengah untuk menyambut jika ada tamu agung yang datang. Untuk biaya pemindahan Rumah Joglo Kudus sendiri tidak begitu memakan banyak biaya karena semua ornamen dan lainnya masih sama seperti bentuk asli Rumah Joglo,lebih memerlukan biaya pada perawatan rumah Joglo tersebut serta pengalihan fungsi sebagai hotel.

3.1 KONSTRUKSI, TATA RUANG, RAGAM HIAS, MAKNA FILOSOFI

3.1.1 KONSTRUKSI

A. Atap

Rumah Adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut “Atap Pencu”, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi (4D) khas kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi dengan 95% kayu Jati asli. Joglo Kudus mirip dengan Joglo Jepara tetapi perbedaan yang paling kelihatan adalah bagian pintunya, Joglo Kudus hanya memiliki 1 pintu sedangkan Joglo Jepara memiliki 3 pintu.



B. Dinding

Dinding dapat dibedakan menjadi dua, yakni dinding pengisi yang menutup dan membatasi ruang dan rangka dinding yang menyangga beban dari atap.Dinding yang menutupi rumah terbuat dari kayu jati asli, baik dari bagian depan sampai belakang bagian rumah terbuat dari kayu jati asli yang berumur 164 tahun dan tetap terjaga keawetan nya hingga sekarang karena di rawat dengan cara yang benar.



C. Tiang (soko)

Tiang atau kolom yang dalam bahasa jawa biasa disebut kolom terbuat dari kayu jati asli pada bagian pendopo. Bahkan untuk bagian ruang tamu serta ruang lainnya masih tetap menggunakan bahan kayu jati.



D. Pintu

Pintu utamanya berupa pintu geser yang bahkan sudah dari jaman dahulu memiliki fungsi yang sesuai dengan tamu yang akan datang berkunjung. Jika penghuni tidak begitu mengenal tamunya, maka yang akan dibuka adalah pintu geser yang posisinya di bagian paling luar. Pintu geser yang berada di balik pintu geser tadi khusus untuk keluarga. Sedangkan dua daun pintu besar ditengah-tengah untuk menyambut jika ada tamu agung yang datang.



E. Jendela

Pada bagian rumah ini terdapat jendela yang masih berbahan dasar kayu jati asli dari Kudus yang tidak diubah baik bentuk maupun posisi bukaan nya. Bahkan engsel dan pengunci pada jendela tersebut masih asli dari jaman dahulu.



F. Kaki (pondasi)

Secara umum struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni rangka atap (empyak), kolom (cagak) dan pondasi (bebatur). Batur atau pondasi mertupakan pondasi menerus dari bahan batu kali, pondasi ini membentuk peil lantai yang tinggi dan berundak-undak mulai dari jogosatru sampai ke dalem. Pondasi digunakan sebagai alas perletakan balok kerangka rumah yang merupakan balok kayu dengan dimensi besar (20X30 yang diletakkan tidur). Pondasi umpak (pondasi setempat) dari batu bata dipakai pada sko guru, bentuk umpak tinggi di atas lantai, kadang-kadang ada yang sampai setinggi 2 meter. Lantai pada jogosatru menggunakan ubin atau batu bata sehingga pondasi lebih dahulu diurug tanah. Pada bagian dalem digunakan lantai papan kayu (gladagan) dengan kerangka balok-balok kayu.



3.1.2 TATA RUANG

Tata ruang rumah Kudus sama dengan tata ruang rumah jawa, terutama pada rumah induk (dalem), demikian juga dengan konstruksi dan materialnya. Fariasinya lebih terletak pada kekayaan ornamentasi, kehalusan konstruksi pada elemen bangunannya. Serta penyesuaian ruang dari aktifitas sehari-hari yang khas pada penduduk Kudus. Kemampuan ekonomi masyarakat Kudus saat itu memberi kesempatan untuk mengeksplorasi konstruksi lebih lanjut namun tetap pada tatanan tradisi yang baku. Kehidupan sosial yang agak jauh dari pengaruh veodal di pedalaman Jawa yang seolah digantikan dengan pengaruh agama Islam menjadikan masyarakat Kudus mempuyai ciri budaya yang khas. Budaya ini tercermin pada bentuk rumah tinggalnya. Jogosatru sebagai salah satu contoh sebenarnya tidak lain merupakan emperan pada rumah jawa yang mengalami perkembangan bentuk karena kegiatan di dalamnya. Ruang yang tadinya terbuka dan sempit memanjang didepan dalem kemudian menjadi lebih tertutup dengan adanya dinding dengan bukaannya, serta lebih lebar dengan menggeser dinding dalem di sisi dalam. Jogo satru kemudian berkembang menjadi ruang tamu. Pada Jogosatru inilah sebagian besar aktifitas sosial berlangsung.



3.1.3 RAGAM HIAS

Ragam hias yang terletak pada rumah joglo Kudus ini terletak pada furniture di dalam ruangan yang sudah ada perubahan tidak asli dari Kudus langsung. Karena yang asli terletak pada ukiran gebyok maupun lainnya yang lebih banyak menggunakan ukiran bentuk bunga pada tiap ukiran serta ornamen.

3.1.1.1 Soko

Dalam rumah joglo Kudus ini soko guru tidak mengalami perubahan bentuk dari aslinya. Masih asli dari Kudus yang langsung dipindahkan.

3.1.1.1 Gunungan

Gunungan sendiri di rumah joglo Kudus sendiri yang berada di Balemong resort sama sekali tidak dirubah dari pihak Balemong. Genting serta ukiran yan g berada pada genting masih asli dari asli nya.

3.1.1.1 Tumpang sari

Bentuk tumpang sari dalam rumah joglo Kudus ini masih dalam bentu serta ukiran ornamen yang asli tidak mengalami perubahan sedikitpun. Karena dari asal nya tumpang sari ini hanya di bongkar lalu dipasang kembali di Balemong resort.

3.1.1.1 Patron

Bentuk patron di rumah joglo Kudus ini memiliki ciri khas tersendiri daripada joglo pada daerah lainnya, bentuk patron sendiri juga masih asli dari Kudus asli.

3.1.1 MAKNA FILOSOFI

Rumah joglo merupakan bangunan arsitektur tradisional jawa tengah, rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru. Terjadi penerapan prinsip hirarki dalam pola penataan ruangnya. Setiap ruangan memiliki perbedaan nilai, ruang bagian depan bersifat umum (publik) dan bagian belakang bersifat khusus (pribadi/privat).




0 komentar:

Posting Komentar