Kamis, 09 Juli 2015

KONSTRUKSI BANGUNAN 2 LANTAI



KONSTRUKSI BANGUNAN 2 LANTAI


DENAH
Denah adalah tampak atas bangunan yang seolah-olah dipotong secara horizontal setinggi 1m dari ketinggian 0.00 bangunan tersebut. Bagian atas bangunan yang terpotong dihilangkan sehingga bagian lantainya yang terlihat.
Denah untuk bangunan perlu mempresentasikan detail-detail dari potongan gambar dan detail struktur, untuk mempermudah pekerjaan di lapangan

STRUKTUR PONDASI
Pondasi dalam suatu bangunan merupakan bagian paling bawah dan berhubungan langsung dengan tanah. Pada struktur bangunan, pondasi berfungsi untuk memikul beban bangunan yang ada diatasnya. Untuk menghasilkan bangunan yang kokoh, pondasi juga harus direncanakan dan dikerjakan dengan sangat hati-hati. Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa baik dari segi dimensi maupun secara analitis mekanis.

1. Pondasi Dangkal

Pondasi jenis ini biasanya dilaksanakan pada tanah dengan kedalaman tanah tidak lebih dari 3 meter atau sepertiga dari dari lebar alas pondasi. Dengan kata lain, pondasi ini diterapkan pada tanah yang keras atau stabil yang mendukung struktur bangunan yang tidak terlalu berat dan tinggi, dengan kedalaman tanah keras kurang dari 3 meter. Pondasi dangkal tidak disarankan untuk dilaksanakan pada jenis tanah yang kurang stabil atau memiliki kepadatan tanah yang buruk, seperti tanah bekas rawa/gambut. Bila kondisi memaksa untuk dilaksanakan pada tanah yang kurang stabil, harus diadakan perbaikan tanah terlebih dahulu, dengan sistem memakai cerucup/tiang pancang yang ditanam dibawah pondasi.



2. Pondasi Dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi permukaan tanah. Pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi . Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat dihindari.

TANGGA



Bagian – bagian dari struktur tangga

Pondasi tangga

– Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami penurunan, pergeseran.
– Pondasi tangga bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang atau kombinasi dari kedua bahan dan pada dibawah pangkal tangga harus diberi balok anak sebagai pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang besar.

Ibu tangga

– Merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi pokok yang berfungsi untuk mendukung anak tangga.

Anak tangga

– Anak tangga berfungsi sebagai bertumpunya telapak kaki, dibuat dengan jarak yang sama dan selisih tinggi (trap) dibuat, supaya kaki yang melangkah menjadi nyaman, enak untuk melangkah, bentuk anak tangga dapat divariasikan sesuai selera pemilik atau arsiteknya.

Pagar tangga

– Pagar tangga atau reilling tangga adalah bagian dari struktur tangga sebagai pelindung yang diletakkan disamping sisi tangga dan di pasang pada/ diatas ibu tangga untuk melindungi agar orang tidak terpelosok jatuh.
– Pagar tangga dapat dibuat dengan macam – macam variasi agar lebih artistik dan pada lantai tingkat disekitar lubang tangga harus dipasang juga pagar pengaman agar penghuni tidak terjerumus jatuh.
Penggunaan tangga
– Merupakan batang yang di pasang sepanjang anak tangga untuk bertumpunya tangan agar orang turun naik tangga merasa lebih aman, pegangan tangga bertumpu pada tiang – tiang tangga yang tertanam kuat pada ibu tangga.

Bordes

– Adalah pelat datar diantara anak – anak tangga sebagai tempat beristirahat sejenak, bordes di pasang pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang berbelok.
– Untuk rumah tinggal, lebar bordes antara 80 – 100 cm dan untuk bangunan umum, lebar bordesnya dibuat antara 120 – 200 cm.

Untuk merencanakan tangga maka bisa digunakan rumus tangga sebagai berikut :
1 Aantrade + 2 Optrade = 57 ampai dengan 60 cm
Toleransi 57 – 60 cm ini menyesuaikan dengan panjang langkah orang dewasa dengan tinggi badan normal itu rata-rata 57 – 60 cm.

Menurut riset bahwa pada saat mengangkat kaki dalam arah vertikal untuk tinggi angkatan kaki tersebut itu dibutuhkan tenaga 2 kali lipat dibandingkan kaki pada saat melangkah dalam arah horisontal. Sebagai idealisasi kita abil contoh sebagai berikut :

Sebuah bangunan bertingkat dengan tinggi lantai 3.50 m, anak tangga tegak (optrade) diperkirakan 18 cm. Jadi jumlah optrade = 350 : 18 = 18, 4 buah maka dibulatkan = 19 buah
sehingga optradenya menjadi = 350 : 19 = 18.4 cm. Ukuran ini harus diteliti benar sampai ukuran dalam milimeter. Kita lihat berdasarkan rumus tangga :
1 aantrade + 2 optrade = 57 – 60 cm
Lebar aantrade (57 a’ 60 ) – 2 x 18.4 = 20. 2 a’ 23.2 cm dalam ini ukurannya boleh dibulatkan menjadi antara 20 dan 23

RANGKA ATAP


Rangka atap (roof truss) adalah sistem struktur yang berfungsi untuk menopang/menyangga penutup atap, dengan elemen-elemen pokok yang diri dari: kuda-kuda (truss), usuk/kasau (rafter), dan reng (roof batten). Truss merupakan struktur rangka batang (kuda-kuda) sebagai penyangga utama rangka atap, yang terdiri dan batang utama luar (chords) dan batang Iam (webs), dan yang berfungsi untuk menahan gaya aksial (tarik dan tekan), maupun momen lentur

Konstruksi atap rangka kayu memiliki elemen-elemen sebagai berikut

Kuda-kuda

Kuda-kuda merupakan penopang (iga-iga) yang menyalurkan gaya tekan, sedangkan balok dasar pada kuda - kuda yang berfunfsi sebagai penahan dasar gaya tarik, serta tiang tengah (ander) yang mendukung balok bubungan (molo) dan menerima gaya tekan.

Gording merupakan sebagai penyangga kasau (usuk) tenletak pada kuda penopang dibutuhkanjikajarak antara bantalan dan bubungan> 2 m.

Kasau / Usuk merupakan balok melintang di atas balok dinding (bantalan), gording, dan bubungan serta berfungsi sebagai penyangga reng. Ujung bawah kasau diteruskan menonjol pada dinding rumah ke luar, membentuk lebar tritisan yang dikehendaki.

Reng merupakan bilah yang melintang di atas kasau dan berfungsi sebagai tempat menempatkan posisi genteng, sedangkan ring balok diletakkan di bagian puncak dinding dan berfungsi sebagai pendukung balok kuda-kuda.

Listplank Tirisan terbuat dari papan tegak yang dipasang pada ujung bawah kasau sebagai pengikat ujung kasau. Listplank harus dilindungi terhadap cucuran air hujan dan terhadap panas matahari agar tidak cepat lapuk.

konstruksi rangka yang terletak pada sebuah bidang dan saling dihubungkan degan sendi pada ujungnya, sehingga membentuk suatu bagian bangunan yang terdiri dan segitiga-segitiga.
Pelapis atap merupakan lapisan kedap air biasanya terbuat dari seng, plastik, plat semen berserat yang biasanya diletakkan di atas kasau, Sedangkan penutup atap nerupakan lapisan kedap terhadap resapan air hujan yang sering digunakan dari bahan ijuk, rumbia, genteng, plat semen berserat, atau seng 
bergelombang.

Pada konstruksi kuda-kuda, terutama yang berkonstruksi kayu, kemiringan dan bentuk atap sangat dipengaruhi prinsip konstruktif dan bentuk konstruksi atap kayu.

LAPORAN STUDI LAPANGAN ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

LAPORAN STUDI LAPANGAN

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA



“ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA”





. Pengertian Rumah Tradisional Jawa

Rumah merupakan objek studi yang sangat penting untuk memahami arsitektur vernakular di suatu tempat. Lebih dari sekadar bangunan, rumah merepresentasikan siapa dan apa yang dilingkupinya. Di dalam arsitektur sebuah rumah terangkum aspek-aspek yang terlihat maupun tak terlihat, kerangka waktu dalam pada mana ia ada, serta kekuatan sosial budaya yang melatarbelakanginya. Selain itu, rumah mencerminkan gagasan perancangan yang secara disadari ataupun tidak dipahami oleh pemilik rumah dan perancangnya. Rumah tradisional memiliki makna dan posisi lebih dibandingkan rumah-rumah vernakular pada umumnya.

Arsitektur tradisional merupakan bentukan arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mempelajari bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat yang lebih dari sekadar tradisi membangun secara fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi konsesi dalam hidup bersama. Untuk memahaminya, perlu dibahas orientasi umum masyarakat tradisional terlebih dahulu, sehingga dapat menampilkan gambaran keterkaitan antara morfologi bangunan tradisional dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Rumah Tradisional Jawa merupakan manifestasi dari kesatuan makrokosmos dan mikrokosmos sertanpandangan hidup masyarakat Jawa. Pembagian ruangan pada bangunan Jawa didasarkan atas klasifikasi simbolik yang diantaranya berdasarkan dua dua kategori yang berlawanan atau saling melengkapi yang oleh Tjahjono (1990) disebut sebagai dualitas (duality). Selain itu ada pemusatan (centralitas) dalam tata ruang bangunan.

Rumah Jawa yang ideal paling tidak terdiri dari dua atau tiga unit bangunan, yakni pendopo (ruang untuk pertemuan), pringgitan (ruang untuk pertunjukan) dan dalem (ruang inti keluarga). Dalem dibedakan menjadi bagian luar yang disebut dengan emperan serta bagian dalam yang tertutup dinding. Bagian dalam terdiri dari dua bagian (depan dan belakang) atau tiga bagian (depan, tengah dan belakang). Bagian belakang terdiri atas sentong kiwo, sentong tengen serta sentong tengah. Orientasi bangunan adalah arah selatan.

GAMBARAN OBYEK PENGAMATAN

3.1 LOKASI

Rumah joglo ini terletak di daerah Balemong resort Jl.Pattimura no. 1-B Sisemut, Ungaran – Central Java (50511). Joglo Kudus ini di pindahkan dari daerah Kudus yang ditemukan oleh pihak Balemong resort yang terletak 100 meter dari menara Kudus yang terkenal. Berusia sekitar 164 tahun. Kini difungsikan sebagai family suite room.

3.1 SEJARAH PENDIRIAN RUMAH

Rumah ini mulai dibangun pada tahun 2005 di Balemong resort dan tidak ada perubahan pada bagian ornamen,tata ruang,genting serta lantai. Semua masih dalam kondisi asli dari Kudus. Pintu utamanya berupa pintu geser yang bahkan sudah dari jaman dahulu memiliki fungsi yang sesuai dengan tamu yang akan datang berkunjung. Jika penghuni tidak begitu mengenal tamunya, maka yang akan dibuka adalah pintu geser yang posisinya di bagian paling luar. Pintu geser yang berada di balik pintu geser tadi khusus untuk keluarga. Sedangkan dua daun pintu besar ditengah-tengah untuk menyambut jika ada tamu agung yang datang. Untuk biaya pemindahan Rumah Joglo Kudus sendiri tidak begitu memakan banyak biaya karena semua ornamen dan lainnya masih sama seperti bentuk asli Rumah Joglo,lebih memerlukan biaya pada perawatan rumah Joglo tersebut serta pengalihan fungsi sebagai hotel.

3.1 KONSTRUKSI, TATA RUANG, RAGAM HIAS, MAKNA FILOSOFI

3.1.1 KONSTRUKSI

A. Atap

Rumah Adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut “Atap Pencu”, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi (4D) khas kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi dengan 95% kayu Jati asli. Joglo Kudus mirip dengan Joglo Jepara tetapi perbedaan yang paling kelihatan adalah bagian pintunya, Joglo Kudus hanya memiliki 1 pintu sedangkan Joglo Jepara memiliki 3 pintu.



B. Dinding

Dinding dapat dibedakan menjadi dua, yakni dinding pengisi yang menutup dan membatasi ruang dan rangka dinding yang menyangga beban dari atap.Dinding yang menutupi rumah terbuat dari kayu jati asli, baik dari bagian depan sampai belakang bagian rumah terbuat dari kayu jati asli yang berumur 164 tahun dan tetap terjaga keawetan nya hingga sekarang karena di rawat dengan cara yang benar.



C. Tiang (soko)

Tiang atau kolom yang dalam bahasa jawa biasa disebut kolom terbuat dari kayu jati asli pada bagian pendopo. Bahkan untuk bagian ruang tamu serta ruang lainnya masih tetap menggunakan bahan kayu jati.



D. Pintu

Pintu utamanya berupa pintu geser yang bahkan sudah dari jaman dahulu memiliki fungsi yang sesuai dengan tamu yang akan datang berkunjung. Jika penghuni tidak begitu mengenal tamunya, maka yang akan dibuka adalah pintu geser yang posisinya di bagian paling luar. Pintu geser yang berada di balik pintu geser tadi khusus untuk keluarga. Sedangkan dua daun pintu besar ditengah-tengah untuk menyambut jika ada tamu agung yang datang.



E. Jendela

Pada bagian rumah ini terdapat jendela yang masih berbahan dasar kayu jati asli dari Kudus yang tidak diubah baik bentuk maupun posisi bukaan nya. Bahkan engsel dan pengunci pada jendela tersebut masih asli dari jaman dahulu.



F. Kaki (pondasi)

Secara umum struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni rangka atap (empyak), kolom (cagak) dan pondasi (bebatur). Batur atau pondasi mertupakan pondasi menerus dari bahan batu kali, pondasi ini membentuk peil lantai yang tinggi dan berundak-undak mulai dari jogosatru sampai ke dalem. Pondasi digunakan sebagai alas perletakan balok kerangka rumah yang merupakan balok kayu dengan dimensi besar (20X30 yang diletakkan tidur). Pondasi umpak (pondasi setempat) dari batu bata dipakai pada sko guru, bentuk umpak tinggi di atas lantai, kadang-kadang ada yang sampai setinggi 2 meter. Lantai pada jogosatru menggunakan ubin atau batu bata sehingga pondasi lebih dahulu diurug tanah. Pada bagian dalem digunakan lantai papan kayu (gladagan) dengan kerangka balok-balok kayu.



3.1.2 TATA RUANG

Tata ruang rumah Kudus sama dengan tata ruang rumah jawa, terutama pada rumah induk (dalem), demikian juga dengan konstruksi dan materialnya. Fariasinya lebih terletak pada kekayaan ornamentasi, kehalusan konstruksi pada elemen bangunannya. Serta penyesuaian ruang dari aktifitas sehari-hari yang khas pada penduduk Kudus. Kemampuan ekonomi masyarakat Kudus saat itu memberi kesempatan untuk mengeksplorasi konstruksi lebih lanjut namun tetap pada tatanan tradisi yang baku. Kehidupan sosial yang agak jauh dari pengaruh veodal di pedalaman Jawa yang seolah digantikan dengan pengaruh agama Islam menjadikan masyarakat Kudus mempuyai ciri budaya yang khas. Budaya ini tercermin pada bentuk rumah tinggalnya. Jogosatru sebagai salah satu contoh sebenarnya tidak lain merupakan emperan pada rumah jawa yang mengalami perkembangan bentuk karena kegiatan di dalamnya. Ruang yang tadinya terbuka dan sempit memanjang didepan dalem kemudian menjadi lebih tertutup dengan adanya dinding dengan bukaannya, serta lebih lebar dengan menggeser dinding dalem di sisi dalam. Jogo satru kemudian berkembang menjadi ruang tamu. Pada Jogosatru inilah sebagian besar aktifitas sosial berlangsung.



3.1.3 RAGAM HIAS

Ragam hias yang terletak pada rumah joglo Kudus ini terletak pada furniture di dalam ruangan yang sudah ada perubahan tidak asli dari Kudus langsung. Karena yang asli terletak pada ukiran gebyok maupun lainnya yang lebih banyak menggunakan ukiran bentuk bunga pada tiap ukiran serta ornamen.

3.1.1.1 Soko

Dalam rumah joglo Kudus ini soko guru tidak mengalami perubahan bentuk dari aslinya. Masih asli dari Kudus yang langsung dipindahkan.

3.1.1.1 Gunungan

Gunungan sendiri di rumah joglo Kudus sendiri yang berada di Balemong resort sama sekali tidak dirubah dari pihak Balemong. Genting serta ukiran yan g berada pada genting masih asli dari asli nya.

3.1.1.1 Tumpang sari

Bentuk tumpang sari dalam rumah joglo Kudus ini masih dalam bentu serta ukiran ornamen yang asli tidak mengalami perubahan sedikitpun. Karena dari asal nya tumpang sari ini hanya di bongkar lalu dipasang kembali di Balemong resort.

3.1.1.1 Patron

Bentuk patron di rumah joglo Kudus ini memiliki ciri khas tersendiri daripada joglo pada daerah lainnya, bentuk patron sendiri juga masih asli dari Kudus asli.

3.1.1 MAKNA FILOSOFI

Rumah joglo merupakan bangunan arsitektur tradisional jawa tengah, rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru. Terjadi penerapan prinsip hirarki dalam pola penataan ruangnya. Setiap ruangan memiliki perbedaan nilai, ruang bagian depan bersifat umum (publik) dan bagian belakang bersifat khusus (pribadi/privat).




MENDESAIN TIDAK DI KERTAS ITU KOMPUTER GRAFIS

MENDESAIN TIDAK DI KERTAS ITU KOMPUTER GRAFIS

Di arsitektur Unnes kita dikenalkan media desain salah satunya AutoCAD, ternyata mendesain tidak hanya menggunakan media kertas, tetapi aplikasi di media komputer juga digunakan mendesain. Namun di semester 2 ini baru pengenalan kita tidak disarankan terlalu bergantung pada media ini. mengapa? untuk mengasah skill, alangkah lebih indah karya tuhan yaitu tangan. sketsa tangan yang harus benar benar dilatih. kita akan memberikan karya yang baik apabila kreatifitas sketsa tangan kita juga baik .
namun, komputer grafis, salah satunya AutoCAD tentu akan menampilkan gambar yang lebih enak dipandang dan yang pasti lebih praktis. itu akan bermanfaat nanti di semester 5, yang jelas kita tetap belajar dan yang pasti bermanfaat
INI KARYA PERTAMA
SKETSA TANGAN


HASIL GRAFIS

TUGAS KOMPUTER GRAFIS

TUGAS KOMPUTER GRAFIS

DENAH GRAFIS


BAGIAN TAMAN, RUANG TAMU, DAN RUANG KELUARGA
DAPUR DAN RUANG MAKAN


















KAMAR TIDUR


RUANG BAGIAN BELAKANG

KOLAM DAN TAMAN TENGAH



soft file denah dwg klik download dibawah ini

DOWNLOAD 

LAPORAN DESAIN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2

LAPORAN DESAIN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2

KONSEP



Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya. (Frick,2006:1).

Rumah ramah lingkungan merupakan bangunan yang arsitektur, material, dan proses konstruksinya ramah lingkungan. Rumah terutama yang akan dikontruksi harus ramah lingkungan. Ramah lingkungan dalam arti tidak melukai lingkungan. 
SITE PLAN


LOKASI SITE: Perum Permata Ngijo Gunungpati Ungaran














DATA NON FISIK














PERSYARATAN DAN HUBUNGAN RUANG












SIRKULASI RUANG












ORGANISASI RUANG
















BESARAN RUANG


































DENAH


konsep rumah ramah lingkungan sederhana Konsep Studio Perancangan Arsitektur 2

konsep rumah ramah lingkungan sederhana
Konsep Studio Perancangan Arsitektur 2

Kita tau kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat, apalagi manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan tempat tinggal, pada umumnya setiap orang butuh waktu 8 jam untuk menikmati rumah jadi setiap orang pasti menginginkan kenyamanan. Rumahku istanaku merupakan kata yang tidak asing di telinga kita, jadi tidak ada ruginya kita mendesain dan membangun rumah yang nyaman dan tentunya ramah lingkungan.


Yang paling mendasar yaitu penggunaan cahaya alami, setidaknya kita bisa menggunakan bukaan yang lebih luas sehingga cahaya matahari bisa masuk tanpa penghalang. Secara otomatis cahaya matahari menghemat penggunaan lampu disiang hari.

Selanjutnya sirkulasi udara juga harus diperhatikan, kita tau penggunaan AC juga menghamburkan energy dan merusak lapisan ozon, kita bisa menggunakan sirkulasi udara secara alami.


Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak, jangan sampai orang-orang yang ada di dalam rumah menjadi kedinginan dan sakit. Pembuatan lubang-lubang ventilasi dan jendela harus serasi dengan luas kamar dan sesuai dengan iklim di tempat itu.
Di daerah yang berhawa dingin dan banyak angin. Jangan membuat lubang-lubang ventilasi yang lebar. Cukup yang kecil-kecil saja. Tetapi di daerah yang berhawa panas dan tidak banyak angin, lubang ventilasi dapat dibuat agak lebih besar.

Minggu, 05 Juli 2015

Arsitektur Masjid Agung Demak


Masjid Agung Demak

Arsitektur Islam

Masjid ini dibangun sekitar abad ke-15 Masehi atau pertengahan abad ke-9 Hijriyah.

Penyebaran agama Islam di tanah Jawa tak lepas dari pengaruh akulturasi budaya, khususnya dengan budaya lokal. Akulturasi ini merupakan manifestasi dari pengaruh peradaban dan budaya yang begitu mendominasi masyarakat Jawa pada saat itu.

Bahkan, pada hampir semua tatanan sosial masyarakat, budaya dan peradaban menjadi objek akulturasi ini. Hingga para penyebar agama Islam di tanah Jawa memilihnya sebagai ruang untuk mentransformasikan budaya asli (lokal) ke dalam nilai-nilai Islami.

Nuansa kental akulturasi ini setidaknya masih dapat dilihat dari berbagai saksi sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa, salah satunya Masjid Agung Demak. Masjid Demak yang merupakan peninggalan bersejarah kerajaan Islam Demak ini, tetap berdiri kokoh di Jl Sultan Patah, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jateng.

Masjid kebanggaan warga ‘Bintoro’–sebutan tlatah Demak ini–memiliki ciri arsitektur yang khas. Pengaruh akulturasi menjadikan masjid yang berdiri di atas lahan seluas 11.220 meter persegi ini memiliki perbedaan mencolok dengan tempat ibadah Muslim di Tanah Air pada umumnya.

Sebagai salah satu bangunan masjid tertua di negeri ini, Masjid Agung Demak dibangun dengan gaya khas Majapahit, yang membawa corak kebudayaan Bali. Gaya ini berpadu harmonis dengan langgam rumah tradisional Jawa Tengah.

Persinggungan arsitektur Masjid Agung Demak dengan bangunan Majapahit bisa dilihat dari bentuk atapnya. Namun, kubah melengkung yang identik dengan ciri masjid sebagai bangunan Islam, malah tak tampak. Sebaliknya, yang terlihat justru adaptasi dari bangunan peribadatan agama Hindu.

Bentuk ini diyakini merupakan bentuk akulturasi dan toleransi masjid sebagai sarana penyebaran agama Islam di tengah masyarakat Hindu. Kecuali mustoko (mahkota–Red) yang berhias asma Allah dan menara masjid yang sudah mengadopsi gaya menara masjid Melayu.

Keunikan akulturasi semacam ini, setidaknya juga berakar pada Masjid Menara, Kudus, Kabupaten Kudus, yang terletak sekitar 35 kilometer sebelah timur kota Demak.Hal ini menunjukkan bahwa para ulama penyebar tauhid (Islam–Red) di tanah Jawa memiliki kemampuan untuk mengharmonisasi kehidupan sosial di tengah masyarakat Hindu yang begitu dominan, ketika itu.

Dengan bentuk atap berupa tajug tumpang tiga berbentuk segi empat, atap Masjid Agung Demak lebih mirip dengan bangunan suci umat Hindu, pura yang terdiri atas tiga tajug. Bagian tajug paling bawah menaungi ruangan ibadah. Tajug kedua lebih kecil dengan kemiringan lebih tegak ketimbang atap di bawahnya. Sedangkan tajug tertinggi berbentuk limas dengan sisi kemiringan lebih runcing.

Sejumlah pakar arkeolog menyebutkan, bentuk bangunan seperti ini dipercaya juga menjadi ciri bangunan di pusat Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Namun, penampilan atap masjid berupa tiga susun tajug ini juga dipercaya sebagai simbol Aqidah Islamiyah yang terdiri atas Iman, Islam, dan Ihsan.

Raden Fatah
Fakta lain sejarah kedekatan gaya Majapahit dengan bangunan Masjid Agung Demak juga dapat diketahui dari buku Babad Demak . Menurut buku tersebut, tempat berdirinya Masjid Agung yang kini menjadi ciri khas daerah Demak ini dahulunya bernama tlatah Glagahwangi.

Daerah Glagahwangi yang merupakan kawasan rawa (payau) ini pertama kali dibuka oleh Raden Patah, putra Prabu Kertabumi atau Brawijaya V dengan putri Campa (Kamboja) yang telah masuk Islam. Raden Patah yang masa kecilnya dihabiskan di Pesantren Ampel Denta, Surabaya, yang dikelola Sunan Ampel inilah yang kelak mendirikan Kesultanan Demak.

Ia pernah diangkat menjadi adipati Demak. Dari perjalanan sejarah ini, Raden Patah diperkirakan sangat akrab dengan gaya dan arsitektur Majapahit. Sehingga, hal ini banyak dihubungkan ketika membuka lahan Glagahwangi.

Sementara aksen bangunan Jawa yang sangat kental adalah empat soko guru atau tiang kokoh penyangga atap bangunan masjid yang bertumpuk. Soko guru ini juga bergaya bangunan Majapahit. Yang menarik dari Masjid Agung Demak adalah sistem struktur empat soko gurunya. Empat tiang besar setinggi 19,54 meter dan berdiametar 1,45 meter ini dipercayai merupakan ‘sumbangan’ empat wali penyebar Islam di Jawa.

Keempat soko guru ini berdiri kokoh di ruang utama masjid yang dikonstruksi di empat penjuru arah. Soko guru barat laut merupakan sumbangan Sunan Sunan Bonang dan soko guru timur laut sumbangan Sunan Kalijaga. Sementara soko guru arah tenggara, sumbangan Sunan Ampel dan soko guru sebelah barat daya merupakan sumbangan dari Sunan Gunung Jati.

Berdasarkan cerita yang disadur dari Babad Demak , soko guru yang dibuat Sunan Kalijaga memiliki keunikan dibandingkan tiga soko guru lainnya. Soko ini sering disebut sebagai soko ‘tatal’ atau tiang yang disusun dari serpihan kayu dengan cara dipasak dan diikat menjadi batang tiang besar dengan menggunakan perekat damar. Setelah kokoh, ikatannya dilepas dan teksturnya dihaluskan.

Keempat soko ini menahan beban bagian atap tertinggi. Sedangkan untuk menopang tajug yang lebih rendah, juga masih terdapat tiang di sekeliling soko guru. Ilmu arsitektur dengan membagi beban seperti ini menunjukkan teknologi dalam memakai struktur rumah Jawa, untuk membentuk bangunan yang luas dan kokoh, sudah sangat dikuasai.

Di masjid ini, setidaknya ada tiga arah pintu masuk ke dalam bangunan utama masjid. Sedangkan pintu di tengah, langsung mengantarkan ke serambi masjid. Serambi masjid ini seluas 31×15 meter dan berlantaikan teraso berukuran 30×30 sentimeter yang sering disebut sebagai ‘Serambi Majapahit’.

Disebut serambi Majapahit karena serambi ini memiliki delapan tiang penyangga bergaya Majapahit dan diperkirakan berasal dari kerajaan Majapahit. Bangunan serambi ini merupakan bangunan tambahan yang dibangun pada masa Adipati Unus atau yang terkenal dengan sebutan Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor saat menjadi sultan Demak kedua pada tahun 1520.

Ruang utama yang berfungsi sebagai tempat shalat jamaah, letaknya di bagian tengah bangunan. Sedangkan, mihrab atau bangunan pengimaman berada di depan ruang utama, berbentuk sebuah ruang kecil dan menghadap ke arah kiblat. Di dalam ruang utama masjid, juga terdapat pawestren atau ruangan untuk shalat bagi wanita, dengan luas 15×17,30 meter yang terletak di sisi selatan masjid.

Ruang shalat wanita ini dibangun pada 1866 ketika KRMA Arya Purbaningrat menjadi adipati Demak. Atapnya berbentuk limas, disangga delapan pilar bergaya Majapahit. Masih ada napas akulturasi pada bagian interior masjid. Perubahan dari tata cara berserah kepada sang pencipta agama Hindu di ruang terbuka ke dalam masjid memunculkan ide untuk membuat interior masjid menjadi lebih luas.

Kesan luas ini bisa disaksikan pada bagian ruang utama masjid yang berukuran 25×26 meter yang mampu menampung lebih dari 500 jamaah ini. Di sebelah kanan ruangan utama, terdapat ruang khalwat. Ruang perenungan berukuran 2×2,5 meter ini dulunya dipakai para penguasa Kesultanan Demak untuk memohon petunjuk Allah SWT.

Hampir sekujur ruangan ini dipenuhi ukiran model Majapahit. Pada salah satu sudutnya terdapat relief aksara Arab yang memuliakan kebesaran Allah SWT. Sementara itu, di luar bangunan utama, di kompleks masjid Agung Demak juga terdapat beberapa bangunan pendukung.

Di kompleks masjid, terdapat 60 pusara makam pejuang Muslim Demak dan para pengikutnya. Antara lain, para sultan Demak, seperti Raden Patah, Pati Unus, dan Sultan Trenggono. bowo pribadi

Aset Wisata Religi

Berdasarkan catatan sejarah yang ada di Museum Masjid Agung Demak, bangunan masjid simbol akulturasi ini berdiri sekitar abad ke-15 Masehi. Hal ini dapat diketahui dari prasasti sekaligus petunjuk waktu Jawa (candrasengkala) yang terukir pada pintu utama yang ada di tengah masjid.

Mengenai kapan masjid ini didirikan ada sejumlah petunjuk. Raden Patah bersama Wali Songo disebut-sebut mendirikan masjid ini dengan memberi prasasti bergambar bulus (sejenis kura- kura). Hal ini sesuai dengan penanda waktu dengan arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka yang terdapat dalam dinding mihrab bagian dalam.

Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka satu (1), kaki empat berarti angka empat (4), badan bulus yang bulat berarti angka nol (0), serta ekor bulus berarti angka satu (1). Dari petunjuk ini bisa disimpulkan, Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Namun, dalam prasasti itu yang tertulis di pintu utama terdapat kalimat naga mulat salira wani . Artinya, dalam penanda waktu ini tertulis tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi atau tahun 887 Hijriyah.

Petunjuk inilah yang akhirnya diyakini sebagai awal dibangunnya Masjid Agung Demak oleh para Wali Songo untuk mendukung penyebaran Islam di tanah Jawa. Sejak pertama kali didirikan, Masjid Agung Demak baru dipugar pertama kali oleh Raja Mataram Paku Buwono I, pada tahun 1710. Pemugaran ini dilakukan untuk mengganti atap sirap yang sudah lapuk.

Perluasan besar-besaran untuk menjadi masjid agung diperkirakan berlangsung pada 1504-1507. Pada masa itu, penyebaran agama Islam makin meluas di wilayah Demak. Sementara itu, pembangunan menara azan baru dilakukan pada Agustus 1932. Bangunan menara dengan kubah bergaya Melayu ini berkonstruksi baja. Pembuatan menara azan ini konon menelan biaya 10 ribu gulden.

Masjid Agung Demak terletak di sebelah barat alun-alun kota Demak. Umumnya, tata letak kota kuno di Jawa selalu menempatkan alun-alun sebagai ruang publik. Hingga kini, peran Masjid Agung Demak tak banyak berubah. Bahkan, masjid ini juga menjadi aset wisata religi yang ramai disinggahi para wisatawan, baik mancanegara maupun wisatawan Nusantara. Pasalnya, selain makam para pejuang Muslim kesultanan Demak, juga terdapat museum yang menyimpan sejarah masjid, benda- benda bersejarah Kesultanan Demak, perpustakaan, serta wisma tamu.

Sumber : jakarta45.wordpress.com